Swedia harus menindak ?organisasi teroris? masih berkeliaran di jalan-jalan Stockholm, tegas presiden Turki
Swedia belum bertindak cukup jauh untuk mengamankan tempatnya di NATO dan menjamin bahwa Turki meratifikasi upayanya, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan menjelang pemungutan suara di parlemen mengenai masalah tersebut.
Berbicara kepada PBS News pada hari Senin, Erdogan menegaskan bahwa keanggotaan Swedia di NATO pada akhirnya akan menjadi agenda Majelis Agung Nasional Turki setelah berkumpul kembali pada bulan Oktober. Namun ketika ditanya apakah pemungutan suara akan segera dilakukan, presiden Turki menekankan bahwa “agar hal itu terjadi, Swedia tentu saja harus menepati janjinya.”
Erdogan menekankan, mengacu pada kelompok Kurdi yang dianggap Ankara sebagai teroris, bahwa organisasi-organisasi ini “harus segera menghentikan demonstrasi mereka di jalan-jalan Stockholm, dan bahwa mereka harus menghentikan kegiatan mereka karena akan sangat penting bagi rakyat Turki untuk melihat hal ini terjadi.”
Pemimpin Turki juga mengakui bahwa meskipun Swedia tampaknya telah mengubah undang-undangnya untuk mengatasi masalah ini, “hal itu tidak cukup.”
Swedia dan negara tetangganya di Nordik, Finlandia, mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO pada Mei 2022, setelah konflik Ukraina dimulai. Namun meski Helsinki menjadi anggota blok militer pimpinan AS pada bulan April, tawaran Stockholm masih belum jelas karena keengganan Hongaria dan Turki untuk meratifikasi permohonannya.
Meskipun Budapest telah berulang kali mengecam Swedia karena kritiknya terhadap keadaan demokrasi di negara Eropa tengah tersebut, Ankara telah menuntut agar Stockholm berbuat lebih banyak untuk menindak kelompok Kurdi di negara tersebut dan menolak izin demonstrasi publik yang membakar Al-Quran.
Pada bulan Juli, setelah berbulan-bulan bolak-balik, Erdogan setuju untuk memindahkan permohonan keanggotaan Swedia ke parlemen Turki setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
Dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan puncak, ketiga pemimpin tersebut menggarisbawahi bahwa Stockholm telah mengubah undang-undang antiterornya, memperluas kerja sama kontraterorisme melawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan melanjutkan ekspor senjata ke Turki. Selain itu, kedua negara sepakat untuk membuat “pakta keamanan bilateral baru”. Pada saat yang sama, Swedia berjanji untuk menyajikan “peta jalan sebagai dasar perjuangan berkelanjutan melawan terorisme dalam segala bentuknya.”
(RT.com)
Sumber: sn.dk